Kegagalan Riset Jangan Dipandang Sebagai Kerugian Negara

29-12-2015 / KOMISI X

Jika  kita perhatikan  teknologi yang ada di Indonesia  mayoritas masih impor, sebut saja teknologi di bidang kesehatan  97,2%  impor. Mulai dari jarum suntik,  benang untuk operasi,   alat kontrasepsi.  Ini menjadi  tanggung jawab  dan tantangan bagi perguruan tinggi  dan juga  institusi riset lainnya  di Indonesia.

“Terkait hal ini kami perlu meningkatkana kerjasama dengan industri agar riset-riset kami ini sesuai dengan yang dibutuhkan industri dan bisa mengurangi produk impor, namun ternyata untuk proses bekerja sama dengan industri ini ada beberapa kendala,” terang Rektor UGM Dwikora Karnawati saat pertemuan Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI dipimpin Wakil Ketua Komisi X Abdul Kharis Almasyhari dengan Rektor Perguruan Tinggi Negeri  di UPN Yogyakarta, Senin (21/12/2015).

Dijelaskan Dwi, yang menjadi kendala  adalah  pihak industri belum sepenuhnya bisa menerima kerjasama riset dengan perguruan tinggi  karena tidak ada insentif.  Jika saja ada kebijakan yang memberikan insentif bagi industri yang diwajibkan untuk dilakukan join riset atau riset development akan sangat berarti bagi  perguruan tinggi. Selain itu perlu  juga  diberikan kebijakan khusus terutama untuk riset-riset  ini, jangan sampai jika  penelitian di perguruan tinggi itu belum berhasil atau gagal, karena yang namanya riset itu tidak selalu berhasil. 

“Kalau gagal itu jangan sampai dianggap merugikan negara, artinya peneliti yang gagal melakukan riset jangan sampai nanti dicari-cari  KPK, Bareskrim, atau BPK dan sebagainya. Ini sepertinya untuk menjadi PTNBH itu tantangannya masih cukup banyak karena niatnya sudah bagus pemerintah itu niatnya bagus untuk mengurangi produk impor untuk menggilirkan riset ke industri tapi belum semua peraturan itu menfasilitasi tadi,” jelas Dwi.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan hasil riset UGM  yang telah diterapkan  Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertama di bidang transportasi yaitu Trans Jogjakarta. Bahkan,  Trans Solo dan Trans Jakarta, serta satu lagi trans disalah satu kota di Sumatera adalah  produk riset UGM. 

Kemudian di Bandara Adisucipto,  ada satu produk riset UGM  yang merupakan pertama kali di Indonesia dimana  menggabungkan multiroda transportasi, jadi dari airport langsung bisa naik bis dan naik kereta api ke daerah yang lain.  “Sekarang baru disusul Medan, tapi di Yogja sudah lima  tahun lebih yang lalu sudah melalukan hal tersebut,” imbuhnya.

Riset-riset lainnya yang dilakukan UG bekerja sama dengan pemerintah daerah antara lain,  riset tentang pengelolaan warisan budaya,  riset mengenai kesehatan primer, riset mengenai kebencanaan,  riset pengurangan resiko bencana dan penerapan teknologi kemampuan dan deteksi dini bencana.  Selama ini, Indonesia membeli hasil riset deteksi dini bencana dari Jepang, Australia, atau Kanada. Padahal sebagaimana diketahui saat ini UGM  sudah bisa memproduksi hal tersebut. (sc), foto : suciati/parle/hr.

 

 

 

BERITA TERKAIT
Fikri Faqih Terima Aspirasi Forum Guru Honorer dan PPPK di Jateng, Berharap Solusi Atas Persoalan Kepegawaian
17-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Keresahan tengah dirasakan ratusan guru honorer dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Jawa Tengah. Persoalan...
Once Mekel Apresiasi Terbitnya Permenkum Royalti, Fondasi Hukum Pertunjukan dan Musisi Nasional
17-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI, Elfonda Mekel, menyampaikan apresiasi atas terbitnya beleid Peraturan Menteri Hukum (Permenkum) Nomor...
Pidato Presiden Tempatkan Pendidikan, Kesehatan, dan Keadilan Sosial Fondasi Utama Indonesia Emas 2045
15-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia,...
Pendidikan Tulang Punggung Utama Menuju Indonesia Emas 2045
15-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, mengingatkan bahwa pendidikan adalah tulang punggung utama dalam...